Assalammualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho.
Wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.
Sahabat sekalian, sebagai seorang muslim, pernahkah sahabat bertanya kepada diri sendiri apa sih hakikat kita ketika kita menyatakan bahwa diri kita adalah seorang muslim? Atau mungkin ada yang pernah bertanya kepada sahabat mengenai apa Islam dan apa itu Muslim?
Pertanyaan yang terdengar sederhana, namun bisa jadi kita sulit untuk menjelaskan karena kita tidak terbiasa menjelaskan apa itu makna Islam dan apa hakikat kita sebagai muslim.
Padahal ini adalah basic. Ini adalah konsep kita dalam beragama. Seseorang yang tidak memahami konsep agama, maka dia akan sulit menjalankan syariat agamanya dengan benar.
1 kata untuk menjelaskan Islam, yakni MENYERAH.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
qul inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil-'aalamiin. laa syariika lah, wa bizaalika umirtu wa ana awwalul-muslimiin
"Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (muslim)."
[QS. Al-An'am 6: Ayat 162 – 163]
Itulah Islam wahai sahabat sekalian.
ISLAM adalah konsep penyerahan ketika seorang hamba menyerahkan hidupnya dan matinya kepada Allahu Jalla wa ‘Ala. Kita serahkan cara hidup kita agar diatur oleh Allah. Kita serahkan kapan kita bekerja, kapan kita berkumpul dengan keluarga, kapan kita bersosialiasi dengan teman lalu kapan kita berkhalwat dengan Allah subhanahu wata’ala, kapan kita sujud. Mana harta yang boleh atau tidak boleh kita makan. Kita serahkan semua kepada Allah untuk mengaturnya.
Dalam konsep penyerahan diri kita kepada Allah, maka slogan orang muslim disampaikan di dalam surat An-Nuur ayat 51. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّمَا كَا نَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
innamaa kaana qoulal-mu`miniina izaa du'uuu ilallohi wa rosuulihii liyahkuma bainahum ay yaquuluu sami'naa wa atho'naa, wa ulaaa`ika humul-muflihuun
"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, Kami mendengar, dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."[QS. An-Nur 24: Ayat 51]
Inilah hakikat seorang muslim. Ketika kita mengatakan bahwa kita adalah muslim, maka yang kita nyatakan adalah kita menyerah kepada Allah untuk mengatur segala aspek kehidupan kita. Dan ketika Allah mengatur kehidupan kita, maka yang kita lakukan sebagai hamba yang menyerah adalah mendengar dan mentaati apa yang telah Allah atur.
Lalu siapakah Allah yang kita nyatakan bahwa kita menyerah kepadaNya?
Allah adalah Rabbul Alamiin, tuhan seluruh alam. Dia adalah arRahmaan Yang Maha Pengasih, Dia adalah arRahiim Yang Maha Penyayang. Rasulullah sholallahu alaihi wasalam mengatakan bahwa Allah lebih menyayangi hambaNya dibandingkan seorang ibu yang baru saja menemukan anak yang dicintainya.
Pada suatu hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu , beliau menuturkan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.
Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,
“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”
Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat sekalian, dalam mengatur kehidupan kita, Allah tidak mungkin ingin menyengsarakan kita
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰ نَ لِتَشْقٰۤى ۙ
maaa angzalnaa 'alaikal-qur`aana litasyqooo
"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;" [QS. Ta-Ha 20: Ayat 2]
Peraturan-peraturan yang diturunkan oleh Allah adalah salah satu tanda kasih sayang Allah.
Lalu mengapa Allah mengatur manusia? Karena manusia itu bodohnya dan dzalimnya luar biasa. Dan jika tidak diatur, maka manusia akan hancur.
Jika manusia dibiarkan untuk melakukan apa saja yang dia inginkan, maka keinginan itu akan berbenturan dengan keinginan manusia lain, dan itu dapat membuat manusia menjadi hancur.
Allah mengatur kita, menentukan mana yang halal dan haram itu adalah karena Allah sayang kepada kita. Allah tahu jika kita dibiarkan tanpa peraturan, kita manusia akan hancur.
Sahabat sekalian, kita menyerah kepada Allah al’Alim yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu, al Khabir Yang Maha Mengetahui Apa yang tersembunyi. Lalu mengapa terkadang kita tidak seakan2 tidak percaya kepada yang Allah Yang Maha Mengetahui.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَعِنْدَهٗ مَفَا تِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ ۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَ رْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَا بِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
wa 'ingdahuu mafaatihul-ghoibi laa ya'lamuhaaa illaa huw, wa ya'lamu maa fil-barri wal-bahr, wa maa tasquthu miw waroqotin illaa ya'lamuhaa wa laa habbating fii zhulumaatil-ardhi wa laa rothbiw wa laa yaabisin illaa fii kitaabim mubiin
"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." [QS. Al-An'am 6: Ayat 59]
Itulah pihak yang meminta kita menyerahkan diri kepadaNya.
Tidaklah Allah mengharamkan sesuatu kecuali ada efek buruk padanya. Dan tidaklah Allah menghalalkan sesuatu kecuali ada kebaikan padanya.
Sahabat sekalian. Menyerahlah secara totalitas kepada Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
yaaa ayyuhallaziina aamanudkhuluu fis-silmi kaaaffataw wa laa tattabi'uu khuthuwaatisy-syaithoon, innahuu lakum 'aduwwum mubiin
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." [QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208]
Sahabat sekalian, mari kita menyerah kepada Allah dengan sungguh2 dengan mentaati apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang. Jangan kita pilih2 aturan Allah mana yang kita sukai lalu kita taati namun ketika ada aturan Allah yang tidak kita sukai, kita langgar aturan Allah itu. Ingatlah, selalu tanamkan dalam hati bahwa Allah sangat menyayangi kita. Dan sangat tidak pantas jika kita membalas kasih sayang Allah dengan perlawanan akan aturan2Nya.
Demikian sahabat sekalian, pembahasan kita kali ini mengenai Hakikat Kita sebagai muslim. Semoga bermanfaat.
Subhaanakallohumma Wa Bihamdika, Asy-Hadu Alla Ilaha Illa Anta, As-Tagh-Firuka Wa Atuubu Ilaik
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.